Senin, 01 Juni 2009



Minggu, 31 Mei 2009 , 17:03:00

“Diantara watak-watak yang terdapat antara langit dan bumi sesungguhnya manusialah termulia. Diantara perilaku manusia tiada yang lebih besar daripada Laku Bakti. Di dalam Laku Bakti tiada yang lebih besar daripada menaruh hormat dan memuliakan orangtua, dan hormat memuliakan orangtua itu tiada yang lebih besar dari pada selaras dan harmonis kepada Tuhan”. Xiao Jing; IX:2.

IBU SUN meninggal dunia ketika Sun masih kecil, ayahnya menikah lagi dan Sun tumbuh besar bersama ibu tiri dan adik tirinya. Ibu tiri Sun adalah seorang wanita yang mempunyai watak jahat dan egois. Ia memperlakukan Sun dengan jelek, bahkan memberi dorongan kepada adik tirinya Xiang untuk menyakiti kakaknya. Suatu ketika, ibu tiri Sun menganjurkan suaminya agar menyuruh Sun memperbaiki lumbung, ketika Sun berada diatas atap lumbung ia menyuruh ayah Sun mengambil tangganya dan membakar lumbung tersebut. Sun hampir saja tidak dapat menyelamatkan diri.
Sun sangat bersedih, ketika sedang mengerjakan sawah sering menangis sambil berseru kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semua ini dikarenakan penyesalan Sun terhadap dirinya mengapa masih belum dapat diterima oleh orang tuanya. Tentang kebaikan dari Sun terdengar oleh Raja Yao, sehingga Sun diundang ke istana dan diberinya jabatan bahkan dijadikan menantu, namun semua penghargaan dari Raja Yao tidak membuat Sun menjadi sombong.
Pada kesempatan lain Sun disuruh memperbaiki sumur, ketika Sun sudah keluar (orang tua dan adiknya mengira Sun masih di dalam), adik tirinya menimbun tanah kedalam sumur untuk mengubur Sun hidup-hidup. Dikiranya Sun telah meninggal dunia dan adik tirinya Xiang mendatangi rumah Sun untuk merebut istri dan jabatannya, ternyata Sun berada di rumah sedang memainkan musik. Adiknya tersipu malu, tetapi Sun tidak menjadi marah melainkan menyambut adiknya dengan gembira.
Kebaikan Sun terhadap orangtua maupun adiknya tidak pernah berakhir, walaupun telah diperlakukan dengan tidak adil. Akhirnya ini membuat orang tuanya menjadi sadar. Hal tersebut membuat Sun merasa bahagia. Sebagai anak berbakti Sun merasakan apabila belum besesuaian dengan ayah dan bunda, ia masih merasa sebagai seorang miskin yang tidak mempunyai tempat kediaman untuk pulang. Riwayat Sun sebagai anak yang berbakti telah menjadi cerita klasik bagi anak-anak di Tiongkok, hampir setiap anak mengenal cerita tersebut.
Laku Bakti/ Xiao, mempunyai makna imani “Memuliakan Hubungan”. Hal tersebut dapat dilihat dari huruf Xiao dalam bahasa Tionghoa, yang terdiri dari dua bangunan huruf, dibagian atas huruf Lao, yang berarti tua, dan dibagian bawah huruf Zi, yang berarti anak, sehingga seakan-akan menggambarkan; “Anak mendukung/ menjunjung orang tua, sedangkan orang tua melindungi anak.” Secara bebas anak diartikan “hamba”(dalam mengabdi), sehingga secara umum Laku Bakti/ Xiao dapat diartikan “Memuliakan/ Pemulihan Hubungan” antara yang lebih “rendah” kepada yang lebih “tinggi”.
Kemudian kalau kita perhatikan huruf Jiao/ Agama merupakan gabungan huruf Xiao/ Laku Bakti dan Wen/ Ajaran. Sedangkan Wen mempunyai arti teori, ajaran, sastra, budaya. Dengan demikian terlihat bahwa Jiao dapat disimpulkan/ diartikan secara bebas sebagai: ”Agama adalah Ajaran tentang Menjunjung/ Memuliakan hubungan aspek kehidupan manusia sebagai kodrat yang difirmankan Tuhan Yang Maha Esa”.
Betapa luas dan dalam pengertian imani akan Laku Bakti itu, sudah terungkapkan makna dan hakekatnya melalui ayat diatas. Bahwasannya manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang termulia adalah mahluk yang lengkap terdiri daya hidup jasmani dan daya hidup rohani, dalam pengamalan dan penerapan bakti dikehidupan sehari-hari menurut ajaran Agama Khonghucu sungguh mencakup segala dimensi kehidupannya. Oleh karenanya sebagai manusia ciptaanNya wajib menempuh hidup selaras dengan FirmanNya. Ini adalah merupakan Perintah/ Hukum Suci Tuhan dimana manusia yang telah dikaruniai Kebajikan Tuhan/ Tian De haruslah senantiasa merawat dan mengamalkannya dalam kehidupan agar memperoleh kebahagiaan. Hal tersebut akan terungkapkan dalam sabda-sabda Nabi sebagai berikut:
“Sesungguhnya Laku Bakti itu ialah pokok Kebajikan; daripadanya ajaran Agama berkembang. Tubuh, anggota badan, rambut dan kulit, diterima dari ayah dan bunda; (maka), perbuatan tidak berani membiarkannya rusak dan luka, itulah pemulaan Laku Bakti”. “Menegakkan diri hidup menempuh Jalan Suci, meninggalkan nama baik di jaman kemudian sehingga memuliakan ayah-bunga, itulah akhir Laku Bakti. Sesungguhnya Laku Bakti itu dimulai dengan mengabdi kepada orang tua, selanjutnya mengabdi kepada pimpinan dan akhirnya menegakkan diri”. Xiao Jing; I : 4,5. **


Tidak ada komentar:

Posting Komentar